Produsen Mainan Edukasi Kayu, Suplier Mainan Edukasi Anak Umur 2 Tahun, Menyediakan Mainan Edukasi Murah
Produsen Mainan Edukasi Kayu, Suplier Mainan Edukasi Anak Umur 2 Tahun, Menyediakan Mainan Edukasi Murah
CONTOH-CONTOH MEDIA PERMAINAN EDUKATIF
Produsen Mainan Edukasi Kayu, Suplier Mainan Edukasi Anak Umur 2 Tahun, Menyediakan Mainan Edukasi Murah
Produsen Mainan Edukasi Kayu, Suplier Mainan Edukasi Anak Umur 2 Tahun, Menyediakan Mainan Edukasi Murah
1. PUZZLE
Puzzle
adalah salah satu jenis mainan edukatif anak. Puzzle yang dipakai adalah puzzle
yang sederhana, gambarnya belum terlalu rumit dan cocok untuk anak prasekolah
sampai umur 8 tahun. Puzzle ini suatu bentuk permainan beregu yang menugasi
pemain untuk menggabungkan atau merangkai kembali potongan-potongan kertas
berbangun tak beraturan sehingga menjadi suatu bangun atau bentuk tertentu
seperti bujur sangkar, empat persegi panjang, trapesium, jajaran genjang, lingkaran,
dan segi tiga.
Tujuan
dari permainan diharapkan mengandung aspek moral dan inteleknya. Pemainnya
adalah anak usia dini, atau prasekolah yang baru belajar mengenal bangun dan
bentuk. Alat pada permainan ini adalah kertas berbangun tertentu, misalnya
bujur sangkar, kemudian dipotong menjadi beberapa bagian dan beragam bentuknya.
0878 3978 0908 (XL) Produsen Mainan Edukasi Kayu |
Sebelum
permainan dimulai guru menjelaskan terlebih dahulu macam-macam bentuk sederhana
dan bangun. Guru memimpin permainan dan menjelaskan bahwa dalam permainan ini
diperlukan kerjasama dan kebersamaan. Guru juga memberi contoh kerjasama dalam
kehidupan nyata, misalnya kerja bakti membersihkan halaman rumah, membangun
jalan dan lain sebagainya. Guru juga memberi contoh macam-macam benda yang
mirip dengan bentuk bangun tersebut yang bisa ditemui dalam kehiupan
sehari-hari. Setelah itu guru menjelaskan ciri-ciri dari bangun yang akan
dimainkan tersebut, misalkan jumlah sisinya, bentuk sudutnya. guru mengumumkan
bahwa anak-anak akan diajak bersama-sama memainkan permainan membentuk
bangun/bentuk itu; kemudian pemimpin permainan mempersiapkan tempat dan alatnya
dengan sedapat mungkin melibatkan anak-anak.
Selanjutnya
guru pemimpin permainan merekrut pemain. Jumlah pemain adalah sama dengan
jumlah kepingan kertas yang tersedia dalam satu set alat permainan. Pemain
kemudian diminta berdiri mengelilingi meja tempat permainan. Anak-anak yang
lain diminta menonton jalannya permainan. Kemudian guru menjelaskan bahwa
potongan-potongan kertas itu bisa dibentuk kembali apabila disusun menjadi
satu.
Guru
pemimpin permainan harus pula menjelaskan bahwa kerja sama juga diperlukan
dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya (pemimpin permainan harus menunjukkan
contohnya yang dapat dilihat oleh anak-anak dalam lingkungan masing-masing,
misalnya membuat rumah, membersihkan got/ sungai, menata rumah, dan menjaga
rumah atau menjaga keamanan kampung.
Saat
memulai permainan, guru membagikan kepingan-kepingan kertas permainan kepada
pemain. Satu orang pemain mendapatkan satu kepingan. Kepada pemain dijelaskan
bahwa mereka bertugas menata kembali kepingan kertas itu sehingga menjadi
bangun/bentuk tertentu (misalnya empat persegi panjang). Aturan main juga
dijelaskan, yakni: (a) Para pemain tidak boleh saling berbicara dengan sesama
pemain; (b) Para pemain tidak boleh meminta kepingan kertas kepada pemain lain;
(c) Para pemain tidak boleh memberi kode, isyarat dan petunjuk lainnya kepada
pemain lain; (d) Para pemain boleh memberikan kepingan kertas pegangannya
kepada pemain lain yang membutuhkan untuk menyelesaikan bangun/bentuk tersebut
(tetapi sama sekali tidak boleh meminta.
Kemudian
guru mengajak anak-anak untuk membahas jalannya permainan Yang perlu dibahas
terutama adalah: (a) apakah para pemain dan anak-anak lainnya telah benar-benar
mengenal bangun yang dimainkan itu? (b) apakah “rahasia” kelancaran atau
kelambatan para pemain dalam membentuk bangun yang dikehendaki? (c) apakah ada
hambatan dalam kerja sama para pemain, misalnya apakah ada yang cenderung
mendekte, “tidak sabaran”, “suka ngambek” dan sebagainya? (d) perlunya kerja
sama dan perlunya pengendalian diri dalam kerja sama. Dengan prosedur yang
serupa, bentuk permainan ini dapat dikembangkan sehingga dapat dimainkan untuk
memperkenalkan warna, binatang, tanaman, dan bilangan.
Perlakuan
setelah permainan ini hendaknya lebih dipentingkan daripada Permainan Puzzle
sebagai salah satu bentuk permainan edukatif itu sendiri. Tanpa perlakuan
setelah permainan, maka maksud dan tujuan permainan edukatif yakni untuk
meningkatkan rasa kebersamaan dan kerjasama siswa tidak akan pernah tercapai,
sehingga permainan itu lebih dari permainan pelipur lara belaka.
2. BUILDING BLOCK
Building
Block dapat dibuat dari kayu ataupun plastik. Biasanya permainan ini membangun
rumah, istana, ada jembatan dan banyak pilihan bangunan lainnya. Pada
prinsipnya permainan ini ialah membangun atau mendirikan suatu bangunan. Anak
dibagi dalam beberapa kelompok, misalnya 5 orang. Kemudian tiap kelompok diberi
potongan-potongan bangunan yang nantinya akan dibangun. Sebelumnya guru menjelaskan
aturan permainannya. Tidak ada siswa yang boleh bertukar atau mencari potongan
lain pada kelompok lain. Jadi dari potongan yang diberikan guru harus dibangun
semua.
Nilai
yang diambil dari permainan ini adalah kecepatan, kebersamaan dan yang paling
penting adalah kerjasama anak dalam membangun. Sebernarnya kecepatan tidak
terlalu diutamakan, tetapi untuk memotivasi anak hal itu harus disampaikan.
Setelah dibagi dalam kelompok, guru memimpin permainan. Guru hanya memberi
arahan dan motivasi dari permainan itu. Setelah selesai guru menilai kecepatan,
dan kerjasama sari masing-masing kelompok. Setelah itu guru memberi evaluasi
bahwa dari permainan tadi banyak nilai-nilai yang di dapatkan. Misalnya
kerjasama, guru menjelaskan bahwa dalam hal apapun jika dikerjakan bersama-sama
akan lebih ringan dan cepat selesai. Guru juga menjelasskan bahwa dalam
kehidupan sehari-hari sangat diperlukan kerjasama, baik di sekolah, di rumah,
atau di masyarakat.
Posting Komentar